Year End Getaway - Semarang - Jepara - Karimunjawa (Part 1)

25 - 31 December 2014

Akhir tahun kemarin, Desember 2014, aku berkesempatan liburan bersama anak-anak, setelah sekian lama tidak merasakan liburan akhir tahun (bahkan aku sudah tidak ingat kapan terakhir memiliki liburan akhir tahun), karena beberapa tahun terakhir malam tahun baru a.k.a akhir bulan, adalah waktunya lembur di kantor dalam rangka closing.

Total 10 hari sejak tanggal 25 Desember 2014 sampai tanggal 4 Januari 2015, aku libur...yeayyyy. Thanks to my new boss, Valery, for encouraging me to take my year end holiday. Rasanya gimanaaa gitu, pas temen-temen sibuk closing, aku bisa liburan. Feel sooooo good......... feel like a boss:-)

Awal Desember, baru dapat kepastian kalau aku punya 10 hari liburan, tentunya sayang kalau hanya dihabiskan di rumah saja. Pastinya pengen liburan agak panjang dan seru ke luar kota. Tengok budget, waduh......hm.....ada sih dikit plus mengorbankan beberapa keperluan lain, bisa lah di atur-atur.  Langsung browsing, cari liburan murah meriah seru......ber-4, aku, suami dan anak-anak.  Sound nice, so exciting in doing holiday planning, already can make my heart beat faster.

Pantai!! Definitely!! Terlalu lama aku tidak ke pantai/laut, aku sukaaaa sekali pantai dan laut.  Pilihannya adalah Pulau Belitung, Ujung Kulon atau Karimunjawa. Mari kita snorkeling!  Lombok tentu pilihan terbaik dengan Kepulauan Gili yang cantik, but still above my budget for now.  Pilihan berikutnya adalah Belitung, Ujung Kulon atau Karimun Jawa. Setelah browsing-browsing dan hitung hitugan budget, dengan paket yang didapat, pilihan jatuh kepada Kepulauan Karimunjawa.  Dapat paket murah meriah, dari Kompak Tour, cuma Rp 640,000/orang untuk 4 hari 3 malam, termasuk penginapan, makan, sewa kapal kecil ke pulau pulau, tiket kapal jepara-karimunjawa, alat-alat snorkeling, guide dan foto-foto dalam air. Great! Plus tiket kereta jakarta-semarang dan bis/travel semarang-jepara, ber-4, budget masuk. Sip!

Mulailah melakukan rencana perjalanan, mulai dari cek cek tiket kereta api, karena pastinya full-booked dalam liburan Natal-Tahun Baru, cek cek Hotel di Semarang, di Jepara, keadaan cuaca di Karimun-Jawa, sampai pulang kembali. Booking sana booking sini, 3 minggu sebelum perjalanan beres.  Eh, ada satu lagi yang penting, kamera!  Ini perjalanan traveling 7 hari, dan meng-capture setiap moment-nya penting (terutama buat aku dan Aisyah.....para sanguinis). Setelah cek cek di website, akhirnya pilihan jatuh kepada Canon Powershot D-30, waterproof, shockproof and freezeproof camera, cocok buat foto-foto sama ikan di laut dan bisa dibawa-bawa Aisyah kalau naik gunung, harga terjangkau, di bawah 3jt. 12M pixels, lumayanlah....

Satu minggu sebelum keberangkatan, Yoga membatalkan, ada urusan mendadak. Karena tiket kereta sudah dibeli dan uang muka paket perjalanan sudah dibayar, sayang bila hangus, maka akhirnya diganti oleh Zakky, keponakanku. Agak ribet sih ngurus ganti nama tiket kereta api, dan kena potongan 25%, serta uang muka paket hangus, tapi akhirnya semua bisa dibereskan.  Akhirnya yang berangkat adalah aku, Aisyah, Almas dan Zakky.

All set....tanggal 25 Desember 2014, Yoga mengantarkan kami ke Stasiun KA Senen


Kita naik kereta Menoreh menuju Stasiun Tawang Semarang. Berangkat jam 8 malam dan sampai di Semarang jam 2 dini hari.  Memang sengaja menggunakan KA Ekonomi AC, selain mengirit (1juta ber-4), ceritanya ini perjalanan setengah back packer.  Tidak banyak yang bisa dilihat perjalanan malam di kereta api, inginnya berangkat pagi hari, tetapi saat liburan akhir tahun seperti ini, masih mendapatkan tiket saja sudah bagus, tiket yang tersedia sebulan sebelumnya hanyalah jam ini.

 

Di Semarang, aku sudah booking New Metro Hotel melalui Agoda, karena sudah booking sebulan sebelumnya, untuk 300rb-an per malam, kita mendapatkan kamar type junior sweet kamar dengan ruang keluarga, tempat istirahat yang nyaman setelah semalaman di kereta api. Hotelnya-pun menyediakan fasilitas penjemputan dari Stasiun KA.
 
 

 
 
Keesokan paginya, sebelum menuju Jepara, kita mengunjungi Universitas Dipenegoro, satu dari beberapa universitas pilihan Aisyah untuk berkuliah nanti.  Beberapa bulan ke depan, Aisyah akan lulus SMA dan menjadi mahasiswa di fakultas hukum. Salah satu pilihan Aisyah adalah Universitas Dipenegoro Semarang. 
Lumayan jauh dari Hotel New Metro di Jl. H. Agus Salim dekat Jl Pemuda Highway di tengah kota menuju Universitas Diponegoro di wilayah Tembalang, tempat yang lebih tinggi, sedikit lebih adem ketimbang tengah kota yang panasnya menggigit.  Tadinya mau ngeteng santai menggunakan angkot, karena panasnya yang terlalu, maka kita putuskan naik taksi.
Aisyah tampak excited dan wondering, akankah ini menjadi kampusnya untuk 4 tahun ke depan?
Namun di dalam hati aku berdoa, semoga masuknya ke Universitas Padajajaran Bandung saja, supaya aku bisa lebih sering mengunjunginya kelak.

 
 
 Pulang dari Undip, kita mampir ke Lawangsewu, menurut Wikipedia Lawang Sewu merupakan sebuah gedung di Semarang, Jawa Tengah yang merupakan kantor dari Nederlands-Indische Spoorweg Maatschappij atau NIS. Dibangun pada tahun 1904 dan selesai pada tahun 1907. Terletak di bundaran Tugu Muda yang dahulu disebut Wilhelminaplein.
 
Masyarakat setempat menyebutnya Lawang Sewu (Seribu Pintu) dikarenakan bangunan tersebut memiliki pintu yang sangat banyak. Bangunan ini memiliki banyak jendela yang tinggi dan lebar, sehingga masyarakat sering menganggapnya sebagai pintu (lawang).
 
Bangunan kuno dan megah berlantai dua ini setelah kemerdekaan dipakai sebagai kantor Djawatan Kereta Api Repoeblik Indonesia (DKARI) atau sekarang PT Kereta Api Indonesia.  Selain itu pernah dipakai sebagai Kantor Badan Prasarana Komando Daerah Militer (Kodam IV/Diponegoro) dan Kantor Wilayah (Kanwil) Kementerian Perhubungan Jawa Tengah. Pada masa perjuangan gedung ini memiliki catatan sejarah tersendiri yaitu ketika berlangsung peristiwa Pertempuran lima hari di Semarang (14 Oktober -19 Oktober 1945). Gedung tua ini menjadi lokasi pertempuran yang hebat antara pemuda AMKA atau Angkatan Muda Kereta Apimelawan Kempetai dan Kidobutai, Jepang. Maka dari itu Pemerintah Kota Semarang dengan Surat Keputusan Wali Kota Nomor. 650/50/1992, memasukan Lawang Sewu sebagai salah satu dari 102 bangunan kuno atau bersejarah di Kota Semarang yang patut dilindungi. 
 
Saat ini bangunan tua tersebut telah mengalami tahap konservasi dan revitalisasi yang dilakukan oleh Unit Pelestarian benda dan bangunan bersejarah PT Kereta Api Persero.  Cerita dari Pak supir taksi, bahwa di basement Lawangsewu digunakan sebagai tempat penyiksaan pada jaman kemerdekaan dulu, sehingga Lawangsewu terkesan memiliki nilai mistis.



 
 
Sore harinya kita menuju Terminal Bis Terboyo menuju Jepara.  Perjalanan dicapai dalam waktu 3 jam, lumayan melelahkan, melewati hamparan sawah hijau dan kota-kota kecil.   
 

  
Tiba menjelang magrib di Jepara, disambut hujan gerimis.  Berbeda sekali suasana Semarang yang panas dan hectic, Jepara sangat lenggang dan tenang. Disambung naik becak sampai ke Penginapan Kota Baru di Pelabuhan Kartini.  Aku memilih penginapan tersebut agar keesokan paginya tinggal berjalan kaki menuju Dermaga.

 

Penginapan Kotabaru sederhana namun cukup bersih dan murah.  Untuk 180rb/malam kamar AC, memang agak umpel-umpelan ya 4 orang dewasa besar besar di satu kamar, tapi cukuplah.  Jangan lupa judul perjalanan ini adalah setengah back-packer....hehe.  Anak-anak sudah cukup dewasa untuk bisa diajak bersusah-susah.  Suasana penginapan bergaya Bali, unik.

Letaknya di dalam Taman Rekreasi Pantai Kartini.

 
  
Keesokan paginya,  pagi-pagi sekali setelah subuh kita sudah berjalan menuju Dermaga Pelabuhan Jepara.  Kita berjalan kaki sekitar 10 menit, menuju meeting point yang telah ditentukan oleh Tour-nya, di Warung Makan Bu Diyah.  Sebelum jam 6 pagi, kita sudah tiba di lokasi, dan menyelesaikan administrasi dengan pihak Tour dan sekalian sarapan.
 
Kita akan melakukan perjalanan laut dengan menggunakan Kapal Laut Siginjai, 5 jam perjalanan dari Jepara ke Pulau Karimun-Jawa, 42rb/orang.  Dengan tiket biasa, tidak ada nomor tempat duduk di kapal, maka kita harus naik kapal lebih cepat (kapal berangkat pukul 7) dan mencari tempat duduk yang nyaman.
 
  

Sepanjang perjalanan, kita bisa naik ke geladak atas dan menikmat angin laut.  5 jam memang perjalanan yang lumayan melelahkan, bila memang mau membayar lebih, kita bisa memperoleh tempat rebahan di karpet dengan menambah 20rb/orang, atau masuk ruang VIP yang ber-AC dan bangkunya empuk dan nyaman dengan menambah 50rb/orang.  Atau menyewa tikar 10rb/tikar dan duduk selonjoran atau tiduran dimana saja.





Jam 12-an, kita tiba di Pulau Karimunjawa, disambut hujan deras.  Tetapi Tournya sudah menyiapkan jemputan menuju homestay.  Homestay nya nyaman, sekaligus menjadi kantor Kompak Tour di Karimunjawa. Kamarnya cukup luas, kita mengambil 2 kamar dan tanpa AC.  Karena cuaca sedang tidak terlalu panas, maka tanpa AC-pun sudah cukup nyaman untuk tidur.  Listrik di Karimunjawa sangat mahal dan terbatas, listrik hanya menyala dari jam 6 sore sampai jam 6 pagi, baru aku mengerti mengapa saat aku menanyakan untuk paket upgrade ke kamar ber-AC, biaya per/orang naiknya bisa sampai 500rb.


Pulau Karimun-Jawa adalah kepulauan di Laut Jawa yang termasuk dalam Kabupaten Jepara, Jawa Tengah. Dengan luas daratan ±1.500 hektare dan perairan ±110.000 hektare, Karimunjawa kini dikembangkan menjadi pesona wisata Taman Laut yang mulai banyak digemari wisatawan lokal maupun mancanegara.





Berdasarkan legenda yang beredar di kepulauan, Pulau Karimunjawa ditemukan oleh Sunan Muria. Legenda itu berkisah tentang Sunan Muria yang prihatin atas kenakalan putranya, Amir Hasan. Dengan maksud mendidik, Sunan Muria kemudian memerintahkan putranya untuk pergi ke sebuah pulau yang nampak "kremun-kremun" (kabur) dari puncak Gunung Muria agar si anak dapat memperdalam dan mengembangkan ilmu agamanya. Karena tampak "kremun-kremun" maka dinamakanlah pulau tersebut Pulau Karimun.

 

Masyarakat di kepulauan ini sangat Islami, adzan berkumandang di setiap waktu sholat dan orang berbondong-bondong ke mesjid untuk sholat berjamaah.  Dari Magrib hingga Isya, terdengar sholawat dan pengajian di mesjib, dan jalanan relatif sepi.  Setelah Isya, baru mulai kelihatan mulai ramai berjalan-jalan ke alun alun untuk menikmati pasar malam menikmati ikan bakar yang segar dan murah (ikan bakar sepanjang 20-30cm yang biasa di Jakarta sekitar 50-100rb, hanya 20rb/ekor).

Sejak tanggal 15 Maret 2001, Karimunjawa ditetapkan oleh pemerintah Jepara sebagai Taman Nasional. Karimunjawa adalah rumah bagiterumbu karang, hutan bakau, hutan pantai, serta hampir 400 spesies fauna laut, di antaranya 242 jenis ikan hias. Beberapa fauna langka yang berhabitat disini adalah Elang Laut Dada Putih, penyu sisik, dan penyu hijau
Tumbuhan yang menjadi ciri khas Taman Nasional Karimunjawa yaitu Dewadaru Crystocalyx macrophyla) yang terdapat pada hutan hujan dataran rendah. Ombak di Karimunjawa tergolong rendah dan jinak, dibatasi oleh pantai yang kebanyakan adalah pantai pasir putih halus.

Karimunjawa berpenduduk lebih dari 8.000 jiwa di lima pulau yang berpenghuni. Tiga suku utama yang menghuni Karimunjawa adalah suku Jawa yang bertani dan memproduksi alat kebutuhan rumah tangga, suku Bugis yang adalah pelaut andal sehingga berprofesi sebagai nelayan, dan suku Madura yang juga berprofesi sebagai nelayan tetapi memiliki kelebihan membuat ikan kering.

Hanya membutuhkan waktu 10 menit berjalan dari homestay-nya ke alun-alun persis di sebelah dermaga.


 



Besok dan lusa, adalah puncak dari dari perjalanan kami yang lumayan panjang ini.  Selama 2 hari dari pagi hingga petang, kita akan melakukan aktifitas snorkeling, melihat terumbu karang dan ikan yang masih cantik, belum rusak oleh kegiatan-kegiatan industri ataupun tangan-tangan manusia yang tidak bertanggung jawab.  Kita akan mengunjungi pulau-pulau di sekitar Pulau Karimunjawa, yaitu Pulau Tengah, Pulau Cilik, Pulau Menjangan Besar, Pulau Menjangan Kecil, Pulau Cemara Besar, Pulau Gosong dan Pantai Tanjung Gelam.

Tulisan ini akan diteruskan Part-2 nya dengan pengalaman yang lebih seru lagi.
 

Comments

Popular posts from this blog

Pendidikan Dasar Wanadri, Mau Bikin Anakku jadi Apa?

Skinhead

beng-beng